7:48 AM
0


Pertama-tama perkenalkan, nama saya “Made Wahyu Sandika Purnama” asal bisa ditebak dari nama depan saya “Made”, tentu saja saya berasal dari pulau dewata atau BALI. Saya tinggal di daerah Bali Utara tepatnya di kota Singaraja, saya merupakan anak bungsu dari 3 bersaudara. Berikut saya akan menceritakan sedikit kisah saya tentang pengalaman saya memperoleh Rupiah pertama dari usaha saya sendiri, dan sekaligus sedikit pengalaman
usaha yang sudah pernah saya geluti.
Pengalaman saya mendapatkan rupiah pertama hasil jirih payah saya sendiri yakni saat saya berumur 17 tahun, saat itu saya masih duduk di bangku SMA, saat itu saya merupakan senior di organisasi marching band yang saya ikuti sejak saya duduk di bangku SMP. Awalnya, saya diajak untuk ikut melatih di sekolah-sekolah yang memiliki ekstra kurikuler marching band ataupun drum band, awalnya masih hanya iseng-iseng karena saya belum mahir di bidang itu, dan kebetulan juga saya banyak ada waktu luang karena jadwal latihannya hanya diambil saat akhir pekan jadi ya saya coba ikuti saja, eh ternyata setelah satu bulan ikut melatih, saya disodori uang pecahan Rp 50.000 oleh pelatih saya karena saya sudah membantu meringankan pekerjaannya. Wah,,,,, Alangkah senangnya saya saat itu, karena tak saya sangka dan tak saya duga, kinerja saya untuk ikut melatih dihargai juga oleh pelatih saya, ternyata rasanya mendapatkan uang hasil jirih payah sendiri itu sangat menyenangkan. Setelah saat itu saya mulai menekuni lebih dalam bagaimana cara-cara mentransfer ilmu saya kepada adik-adik yang mengikuti ekstra tersebut agar mereka dapat dengan cepat mengerti da harmoni-harmoni pada lagu yang dibuat dapat tersampaikan dengan baik.
Sedikit promosi, Marching band yang saya ikuti ini menjadi salah satu marching band terbaik di bali dan memiliki prestasi-prestasi yang sangat banyak. awalnya hanya ikut untuk mengisi tuntutan ekstra kurikuler d sekolah, tapi setelah ditekuni lebih dalam, eh ternyata ekstra kurikuler marching band itu sangat menyenangkan, selain dapat menghasilkan uang, disana kita bisa memupuk rasa kerja sama, saling memiliki terhadap alat-alat musik yang ada di organisasi marching band itu dan musik-musik dapat membuat kita menjadi lebih semangat, nyaman, bahkan sampai emosi, tapi itu semua sangat menyenangkan. Bahkan karena saking aktifnya saya mengikuti kegiatan-kegiatan marching band sampai saya tamat SMA, rupiah-rupiah yang saya kumpulkan menjadi lebih banyak ketika saya diajak menjadi team pelatih di sebuah organisasi yang dibentuk dari senior-senior marching band di tempat saya mengawali ekstra yang sekaligus menjadi hoby saya bermain musik.
Pada saat saya duduk di bangku kuliah tepatnya pada tahun 2010, saya muali vakum dari kegiatan marching band dikarenakan padatnya proses perkuliahan dan saat itu juga saya ditawari untuk membuka lapangan pekerjaan saya yang pertama oleh bapak saya. Awalnya saya masih ragu-ragu karena saya masih belum yakin dengan kemampuan saya di bidang wiraswasta, selain itu lokasi yang diberikan lumayan sulit untuk mempromosikan usaha saya. Setelah bapak saya meyakinkan saya dengan banyak cara, akhirnya sayapun menerima tawaran bapak saya itu yakni dengan membuka warung internet di desa yang tidak jauh dari tempat tinggal saya. Sayapun disuruh merancang sendiri keperluan-keperlun apa saja yang dibutuhkan untuk dapat membangun sebuah warung internet itu. Nah, karena saya belum tau apa-apa saja yang diperlukan untuk membangun jaringan keseluruhan itu, jadi saya bekerja sama dengan salah satu teman saya yang sudah terlebih dahulu memiliki warung internet dan kebetulan juga ia bisa membantu pada saat pengadaan alat-alat yang diperlukan untuk membangunn usaha warung internet itu. Singkat kata warung internet saya sudah berjalan untuk beberapa minggu, warung internet saya sudah mulai didatangi orang orang terutama kalangan anak-anak. Ternyata usaha yang saya buka tidak selancar dan sesukses yang saya bayangkan. Nah, saat itu saya mulai bingung, kenapa yang datang hanya anak-anak yang itu juga datang untuk hanya bermain game, setelah saya tanyakan-tanyakan pada pengunjung yang datang dan penduduk-penduduk di dekat usaha saya, ternyata penyebab utamanya yakni karena lokasi yang dipilih di daerah pedesaan, jadi orang-orang disana sebagian besar belum bisa menggunakan teknologi komputer apalagi menggunakan fasilitas internet, dan yang bisa mengoperasikan komputer hanya anak-anak SD dan SMP yang dikarenakan mereka mendapatkan ekstra kurikuler komputer, jadi mereka melanjutkan praktiknya di warung internet saya. Ternyata dampak dari pengguna yang dominan anak-anak yang bermain game di komputer sangat terasa karena tanpa disadari mereka melampiaskan emosi-emosi mereka saat bermain game ke accessories komputer seperti mouse, keyboard, maupun headset yang mereka pakai, dari pengalaman itu saya mulai membicarakan dengan ayah saya mengenai peraturan-peraturan agar dapat meminimalisir kejadian yang serupa, ya,, terbukti sedikit ampuh mengurangi kejadian-kejadian serupa terulang lagi. Sampai saat ini usaha warung internet yang saya rintis bersama ayah saya masih berjalan walaupun hasilnya tidak terlalu memuaskan dan kini dilanjutkan oleh saudara saya.
Demikian sedikit kisah saya untuk mendapatkan hasil jirih payah saya sendiri. sedikit pesan dari saya untuk para pembaca, berusahalah menjadi yang terbaik, terima apapun hasil jirih payah kita, jangan sia-siakan kesempatan yang sudah tersedia karena masih banyak orang-orang yang membutuhkan kesempatan itu dan "ingat", banyak-banyak berdoa...

0 comments:

Post a Comment