Pertama-tama
perkenalkan, nama saya “Made Wahyu Sandika Purnama” asal bisa ditebak dari nama
depan saya “Made”, tentu saja saya berasal dari pulau dewata atau BALI. Saya tinggal
di daerah Bali Utara tepatnya di kota Singaraja, saya merupakan anak bungsu
dari 3 bersaudara. Berikut saya akan menceritakan sedikit kisah saya tentang pengalaman
saya memperoleh Rupiah pertama dari usaha saya sendiri, dan sekaligus sedikit
pengalaman
usaha yang sudah pernah saya geluti.
usaha yang sudah pernah saya geluti.
Pengalaman
saya mendapatkan rupiah pertama hasil jirih payah saya sendiri yakni saat saya
berumur 17 tahun, saat itu saya masih duduk di bangku SMA, saat itu saya merupakan
senior di organisasi marching band yang saya ikuti sejak saya duduk di bangku
SMP. Awalnya, saya diajak untuk ikut melatih di sekolah-sekolah yang memiliki
ekstra kurikuler marching band ataupun drum band, awalnya masih hanya
iseng-iseng karena saya belum mahir di bidang itu, dan kebetulan juga saya
banyak ada waktu luang karena jadwal latihannya hanya diambil saat akhir pekan
jadi ya saya coba ikuti saja, eh ternyata setelah satu bulan ikut melatih, saya
disodori uang pecahan Rp 50.000 oleh pelatih saya karena saya sudah membantu
meringankan pekerjaannya. Wah,,,,, Alangkah senangnya saya saat itu, karena tak
saya sangka dan tak saya duga, kinerja saya untuk ikut melatih dihargai juga
oleh pelatih saya, ternyata rasanya mendapatkan uang hasil jirih payah sendiri
itu sangat menyenangkan. Setelah saat itu saya mulai menekuni lebih dalam
bagaimana cara-cara mentransfer ilmu saya kepada adik-adik yang mengikuti
ekstra tersebut agar mereka dapat dengan cepat mengerti da harmoni-harmoni pada
lagu yang dibuat dapat tersampaikan dengan baik.
Sedikit
promosi, Marching band yang saya ikuti ini menjadi salah satu marching band
terbaik di bali dan memiliki prestasi-prestasi yang sangat banyak. awalnya
hanya ikut untuk mengisi tuntutan ekstra kurikuler d sekolah, tapi setelah
ditekuni lebih dalam, eh ternyata ekstra kurikuler marching band itu sangat
menyenangkan, selain dapat menghasilkan uang, disana kita bisa memupuk rasa
kerja sama, saling memiliki terhadap alat-alat musik yang ada di organisasi
marching band itu dan musik-musik dapat membuat kita menjadi lebih semangat,
nyaman, bahkan sampai emosi, tapi itu semua sangat menyenangkan. Bahkan karena
saking aktifnya saya mengikuti kegiatan-kegiatan marching band sampai saya
tamat SMA, rupiah-rupiah yang saya kumpulkan menjadi lebih banyak ketika saya
diajak menjadi team pelatih di sebuah organisasi yang dibentuk dari
senior-senior marching band di tempat saya mengawali ekstra yang sekaligus
menjadi hoby saya bermain musik.
Pada
saat saya duduk di bangku kuliah tepatnya pada tahun 2010, saya muali vakum dari
kegiatan marching band dikarenakan padatnya proses perkuliahan dan saat itu
juga saya ditawari untuk membuka lapangan pekerjaan saya yang pertama oleh
bapak saya. Awalnya saya masih ragu-ragu karena saya masih belum yakin dengan
kemampuan saya di bidang wiraswasta, selain itu lokasi yang diberikan lumayan
sulit untuk mempromosikan usaha saya. Setelah bapak saya meyakinkan saya dengan
banyak cara, akhirnya sayapun menerima tawaran bapak saya itu yakni dengan
membuka warung internet di desa yang tidak jauh dari tempat tinggal saya.
Sayapun disuruh merancang sendiri keperluan-keperlun apa saja yang dibutuhkan
untuk dapat membangun sebuah warung internet itu. Nah, karena saya belum tau
apa-apa saja yang diperlukan untuk membangun jaringan keseluruhan itu, jadi
saya bekerja sama dengan salah satu teman saya yang sudah terlebih dahulu
memiliki warung internet dan kebetulan juga ia bisa membantu pada saat
pengadaan alat-alat yang diperlukan untuk membangunn usaha warung internet itu.
Singkat kata warung internet saya sudah berjalan untuk beberapa minggu, warung
internet saya sudah mulai didatangi orang orang terutama kalangan anak-anak. Ternyata
usaha yang saya buka tidak selancar dan sesukses yang saya bayangkan. Nah, saat
itu saya mulai bingung, kenapa yang datang hanya anak-anak yang itu juga datang
untuk hanya bermain game, setelah saya tanyakan-tanyakan pada pengunjung yang
datang dan penduduk-penduduk di dekat usaha saya, ternyata penyebab utamanya
yakni karena lokasi yang dipilih di daerah pedesaan, jadi orang-orang disana
sebagian besar belum bisa menggunakan teknologi komputer apalagi menggunakan
fasilitas internet, dan yang bisa mengoperasikan komputer hanya anak-anak SD
dan SMP yang dikarenakan mereka mendapatkan ekstra kurikuler komputer, jadi
mereka melanjutkan praktiknya di warung internet saya. Ternyata dampak dari
pengguna yang dominan anak-anak yang bermain game di komputer sangat terasa
karena tanpa disadari mereka melampiaskan emosi-emosi mereka saat bermain game
ke accessories komputer seperti mouse, keyboard, maupun headset yang mereka
pakai, dari pengalaman itu saya mulai membicarakan dengan ayah saya mengenai
peraturan-peraturan agar dapat meminimalisir kejadian yang serupa, ya,,
terbukti sedikit ampuh mengurangi kejadian-kejadian serupa terulang lagi. Sampai
saat ini usaha warung internet yang saya rintis bersama ayah saya masih
berjalan walaupun hasilnya tidak terlalu memuaskan dan kini dilanjutkan oleh saudara
saya.
Demikian sedikit kisah saya untuk mendapatkan hasil jirih payah saya sendiri. sedikit pesan dari saya untuk para pembaca, berusahalah menjadi yang terbaik, terima apapun hasil jirih payah kita, jangan sia-siakan kesempatan yang sudah tersedia karena masih banyak orang-orang yang membutuhkan kesempatan itu dan "ingat", banyak-banyak berdoa...
0 comments:
Post a Comment